Imagine there's no your girl, so it's happy if you try


Tampilkan postingan dengan label dalam kenangan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label dalam kenangan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 02 Juli 2017

Aku tak cinta padamu

Pada bulan januari tahun 2016, akhir penulis berhasil melepas masa masa kesendirian ( he.. He..  Gak jomlo lagi), dengan mempersunting seorang wanita cantik dari pulau seberang. Dengan sebutir cincin dan gelang emas, ku bacakan kalimat ijabkabul di depan ayahnya. Senyum dan rona bahagia dapat ku lihat dari wajah tua ibuku, sangat indah. Beberapa kali kulirik perempuan di samping ku, oh..  betapa indah nya mu istriku, saat itu ku tak pernah sadar senyuman nan menawan itu semuanya palsu.
Tak perlu waktu lama, kami mulai sering bertengkar. Entah mengapa dia selalu mencari cara untu memulai pertengkaran. Bahkan keluarga kami sudah berusaha untuk mencari jalan agar kami dapat baikan. Hati ini rasanya hancur, bahkan ku pun tak dapat berbuat apa pun lagi,  pikiran ku kacau. 
Masih ku ingat katanya " aku tak cinta padamu ". Ya jika di tak cinta, dan tak mau belajar untuk mencintai ku, kenapa ia mau dulu saat kupinang. Kenapa ia tak menolak mas kawin yang kupasang di tangannya yang halus dan jarinya lentik. Apakah ia menganggap semua ini hanya sebuah permainan dan pertunjukan.

???
¤_¤

Senin, 04 Februari 2013

rekayasa sejarah si patai

Seorang anak kecil ingusan berlari kehalaman ketika mendengar genderang dipalu di jalan raya. Peristiwa yang jarang terjadi. Anak kecil itu berlari membawa badannya yang buntal tanpa baju. Matanya bersinarsinar memandangi para marsose (pasukan khusus belanda yang mulanya dibentuk untuk menghadapi perang Aceh ) berpawai sambil memalu genderang yang diiringi bunyi trompet bersuara lengking. Kepala anak kecil itu seperti dihela magnit mengikuti pawai. Tapi demi melihat serombongan laki-laki tanpa baju yang wajah dan tubuhnya berlumur cat hitam, anak kecil itu merasa ngeri. Dan ketika melihat sebuah kepala terpenggal pada ujung tombak yang digoyang-goyang, hatinya kecut. Memekikmekik dia memanggil ibunya waktu berlari kembali ke rumah. Tapi ibunya tidak ada. Di pojok kamar anak kecil itu terduduk dengan kedua dengkul menopang kepala. Terisak karena merasa tidak terlindung dari ketakutan. Kepala terpenggal di ujung tombak, dengan rambut panjang yang bergelimang darah kering dan mata yang memutih terbuka lebar, tak putus-putus melintas dalam mata angan anak kecil yang masih ingusan itu. Lebih dirapatkannya kedua dengkulnya seperti hendak menyatukan seluruh tubuhnya.

Sampai lama bayangan kepala terpenggal di ujung tombak masih menimbulkan rasa
ngeri pada dirinya. Ketika anak kecil itu telah menjadi ayah, peristiwa itu diceritakan
kepada anaknya. Anak itu Si Dali namanya. Kemudian Si Dali mengisahkannya kembali
kepada seorang mahasiswa yang mencari hahan untuk skripsi kesarjanaan. Dan setelah berbulan-bulan meneliti dengan menanyai banyak orang yang mengaku mengenal peristiwa itu, hasilnya menjadi suatu kisah sejarah resmi yang dipalsukan.
***
Pada ujung abad ke-19 sampai pada awal abad ke-20 desa Pauh di pinggir utara kota Padang, menjadi pelintasan pedagang yang pulang-pergi dari pedalaman Minangkabau
ke kota. Lama kelamaan desa itu menjadi sarang pelarian dari tangkapan pemerintah.
Baik yang musuh politik maupun penjahat. Rakyat menyebutnya sebagai sarang orang bagak dan para pendekar. Aliran silat pendekar desa itu terkenal kemana-mana.
Sehingga banyak orang berlajar ke sana. Dinamakan sebagai aliran Silat Pauh.
Kekuatannya pada kaki, menyepak, menerjang dan menungkai.
Polisi selalu was-was memasuki desa itu. Patroli tentera pun enggan. Banyak sudah korban di pihaknya. Sedangkan musuh yang dicari tidak pernah dapat. Seorang pendekar yang paling disegani, paling ditakuti, Si Patai namanya. Ilmunya banyak, pengikutnya pun banyak. Menurut cerita yang tersebar, pada masa itu Si Patai sering keluar masuk kota. Tak seorang pun berani melapor kepada pemerintah bila melihatnya. Karena setiap ada yang melapor, selalu saja rumah pelapor kena rampok malam harinya. Lambat laun, setiap terjadi peristiwa perampokan atau pembunuhan, dikatakan Si Patai jadi otaknya. Maka Tuanku Laras selalu melapor kepada residen setiap terjadi peristiwa perampokan itu. Akhirnya Si Patai dinyatakan musuh nomor satu yang paling dicari, hidup atau mati.
Kisah sebenarnya yang terjadi, bahwa Si Patai pernah ditangkap karena lawannya berkelahi terbunuh. Yang terbunuh itu kebetulan anak Tuanku Laras yang kalap karena judinya kalah. Selama di penjara Si Patai sering disiksa anak buah Tuanku Laras untuk melampiaskan dendamnya. Sebaliknya Si Patai banyak pula berguru berbagai ilmu pada sesama tahanan dari Bugis dan Banten. Ketika ilmunya dirasa sudah cukup, Si Patai meloloskan diri dari penjara. Dia bersembunyi di Pauh. Bergabung dengan mereka yang memusuhi pemerintah. Lambat laun Si Patai yangmenjadi pemimpin. Setiap usaha menangkapnya selalu gagal.
***
Pada waktu sebelum kedatangan Si Patai, di Pauh sudah ada seorang banci bernama Patai. Nama aslinya Ujang. Dengan nama julukannya dia dipang gil Ujang Patai. Pengecutnya bukan kepalang. Bila ada patroli tentera, dia yang lebih dulu berhamburan lari. Terbirit-birit atau berpetaipetai tahinya diwaktu lari. Menurut logat desa itu, tahinya bapatai-patai ( berceceran ). Sejak itulah dia memperoleh nama julukan Ujang Patai.
Nah, karena nama dengan julukan yang sama dari kedua orang itu, bila ada patroli mencari Si Patai, semua orang menunjuk si Ujang Patai orangnya. Maka selalu dia yang ditangkap dan dibawa ke penjara. Tapi tak lama kemudian dia dilepaskan lagi, karena bukan dia yang dicari.
“Kamu polisi goblok. Kamu disuruh tangkap Si Patai, tapi orang banci yang kamu tangkap. Betul-betul goblok.” kata residen kepada komandan polisi yang salah tangkap.
Tuanku Laras yang dendamnya belum terbalas, menyuruh para Kepala Kampung membuat laporan setiap pencurian atau perampokan dilakukan oleh anak buah Si Patai. Seorang Kepala Wijk (sama dengan Lurah di kota sekarang) yang jadi iparnya disuruhnya pula membuat laporan yang sama. “Ada tidak ada perampokan, pokoknya buat laporan.” katanya.
Residen naik pitam. Sehingga sudah dua orang komandan polisi diganti, namun perampokan tak kunjung terhenti dan Si Patai tetap tak tertangkap. Maka tibalah suatu waktu, pemerintah mengeluarkan peraturan wajib pajak kepada rakyat. Kepala Kampung dan Kepala Wijk ditugaskan memungutnya. Rakyat tentu saja tidak suka dan kata mereka: “Kita tinggal di kampung halaman kita sendiri, mengapa mesti membayar pajak kepada Belanda yang bukan pemilik negeri ini?” kata mereka. Kata Tuanku Laras mengancam Kepala Kampung, jika tidak mampu memungut pajak, akan dipecat. “Sulitlah itu. Tuanku. Semua rakyat sedang marah.” kata mereka yang terancam itu. “Buat laporan, pajak yang telah terkumpul dirampok anak buah Si Patai.” kata Tuanku Laras pula.
Di Tiku rakyat bersenjata parang menyerbu kantor polisi dan pos tentera. Di Lubuk Alung sejumlah laki-laki berpakaian serba putih sambil menyerukan “Allahu Akbar” menyerbu sepasukan tentera yang sedang siap tembak. Hampir semua penyerbu mati dan terluka. Di Batusangkar, ratusan perempuan dan anak-anak ikut berdemonstrasi ke kantor kontelir. Tentera yang mengawal melepaskan tembakan. Banyak perempuan dan anak-anak mati dan
terluka. Yang lain lari puntang-panting. Tak seorang pun penduduk yang menyangka bahwa tentera itu akan sampai hati membunuh perempuan dan anak-anak. Perlawanan rakyat Pauh mirip seperti perang gerilya. Jika tentera berpatroli, rakyat seperti tidak acuh saja. Yang di ladang terus bekerja. Bila berpapasan di jalan, mereka meletakkan ujung jarinya seperti prajurit menghormat pada perwira. Kalau jumlah yang berpatroli sedikit, ketika hendak kembali ke Padang, mereka dihadang di pesawangan. Tapi yang paling sering ialah mereka merampoki rumah orang-orang kota yang bekerja sama dengan pemerintah di tengah malam.
“Kalau tentera tidak mampu, kirim marsose, Tuan Besar. Padang tidak akan aman. kalau Si Patai tidak tertangkap, Tuan Besar.” kata Tuanku Laras (sama dengan camat sekarang) ketika menghadap residen setelah menyampaikan laporan para Kepala Kampung di wilayahnya. “Itu sudah aku pikirkan. Tapi itu bukan urusan kamu. Mengerti?” kata residen dengan suara keras karena merasa diajari oleh bawahannya.
Meski dikasari, hati Tuanku Laras senang karena gagasannya menggunakan marsose untuk menangkap Si Patai tercapai.
***
Akhirnya keluar perintah dari Betawi, supaya marsose dikerahkan menyerbu pengacau di desa Pauh. Perintah itu diteruskan residen pada komandan tentera dengan tambahan: “Kalau Si Patai tidak berhasil kamu tangkap, itu tandanya kamu komandan tidak becus. Aku lapor ke Betawi. Tahu?”
Komandan tentera itu merasa jabatannya terancam. Suatu malam, dibawah pimpinannya sendiri, sepasukan marsose memasuki Pauh menjelang dini hari.
Beberapa laki-laki yang dapat disergap langsung dibunuh. Bagi komandan itu tidak penting artinya jiwa rakyat. Yang terpenting hanyalah jabatannya sebagai komandan. Ketika pagi datang mayat-mayat itu dikumpulkan di halaman mesjid. Seluruh penduduk disuruh mengenali mayat tersebut. Beberapa orang menunjukkan salah satu mayat itu Ujang Patai namanya. Bukan main leganya hati komandan itu. Lalu dia memerintahkan kepala Ujang Patai
dipenggal untuk dibawa ke Padang sebagai bukti keberhasilan operasinya.
“Arak kepala itu keliling kota. Biar rakyat kapok melawan pemerintah.” kata residen kepada komandan tentera itu.
Maka kepala yang terpenggal itu ditusuk pada ujung tombak. Pasukan marsose yang tubuhnya dilumur cat hitam mengarak penggalan kepala itu berkeliling kota sambil menari dan berteriak-teriak gembira, diiringi genderang yang dipalu terus menerus. Semua rakyat keluar dari rumah masingmasing melihat arak-arakan itu. Mana yang merasa ngeri kembali lagi tergesa-gesa masuk ke rumahnya. Ada perempuan yang jatuh pingsan demi melihatnya. Tapi Tuanku Laras yang kenal dengan Si Patai dan tahu bahwa kepala itu bukan kepala Si Patai, melapor kepada residen, bahwa komandan tentera itu telah salah penggal.
“Biar saja. Pokoknya perintah Betawi sudah dilaksanakan. Habis perkara. Orang di Betawi toh tidak akan tahu mana Si Patai yang sebenarnya.” kata residen.
“Tapi, Tuan Besar, apabila Paduka Tuan Besar di Betawi tahu Si Patai yang sesunggunya belum mati, celaka kita.” kata Tuanku Laras.
“Bukan kita. Tapi kamu yang celaka.” kata residen sambil menggebrak meja dengan kedua telapak tangannya.
Oleh laporan yang dibuat residen ke Betawi, resmilah Si Patai dinyatakan mati. Sedangkan tak lama kemudian Tuanku Laras, yang tahu persoalan yang sebenarnya, dipecat dengan tuduhan penggelapan uang pajak. Tak lama kemudian Tuanku Laras jatuh sakit. Kata orang sakit muno. Sakit orang berkuasa yang kehilangan jabatannya secara tiba-tiba. Sakit kehilangan harga diri. Untuk menghindari desas-desus salah bunuh itu, residen memerintahkan seluruh pegawainya, tidak lagi membicarakan tokoh yang bernama Si Patai. Sebuah koran secara bersambung mengisahkan suksesnya operasi tentera menumpas gerombolan Si Patai. Sehingga lambat laun rakyat di kota pun percaya, bahwa penggalan kepala yang diarak berkeliling itu, betul-betul kepala Si Patai. Sebaliknya rakyat yang membenci Belanda menganggap bahwa kepala yang terpenggal itu, kepala seorang pahlawan bangsa.
***
Namun kisah Si Patai yang sebenarnya,benar-benar berlain. Hasil penelitian calon sarjana itu berkesimpulan seperti yang ditulisnya dalam skripsinya. Bahwa demi melihat begitu banyak korban, anak-anak jadi yatim dan perempuan menjadi janda, para penghulu desa Pauh minta kepada Si Patai agar meninggalkan kampung untuk sementara. Sampai situasi aman. Karena menurut para penghulu itu, melawan pemerintah yang bersenjata kuat, hanyalah akan menambah kesengsaraan rakyat. Konon Si Patai menyingkir ke Teluk Kuantan. Dari sana dia menyeberang ke Semenanjung, yang kini bernama Malaysia.
Namun dendam rakyat yang keluarganya terbunuh, isteri-isteri yang kehilangan suami, anak-anak yang kehilangan ayah, tidak hilang sama sekali oleh kekejaman operasi
tentera yang mereka alami itu. Dua puluh tahun kemudian, generasi yang lain melakukan pemberontakan lagi. Berbaringan dengan pemberontakan komunis tahun 1926. Namun mereka pun masih dikalahkan. Dua puluh tahun pula setelah itu kembali rakyat melawan. Perlawanan yang terakhir ini dalam rangkaian perang kemerdekaan bangsa Indonesia yang tercinta. Kemudian anak muda yang telah jadi sarjana itu bertanya kepada Si Dali. “Yang
jelas kisah sejarah itu dipalsukan, pak. Bagaimana meluruskannya?”
Lama Si Dali termangu-mangu. Akhirnya katanya: “Palsu tidaknya sejarah lama, tidak akan merobah dunia sekarang dan nanti.”
Kayutanam, 6 September 1997.

Oleh : A.A.Navis ( Ali Akbar Navis )

Sabtu, 21 Juli 2012

photo - photo narsis pekerja tambang asli Indonesia


hati hati bang nanti lalat masuk tu!
bahkan hitter pun ada
mode rambut terbaru
dibalik layar pembuatan suatu photo narsis, ternyata bukan hanya modelnya saja yang pasang gaya, photografernya juga
kaca mata deddy dores
tidur dengan gaya iklan rexsona, ( ketiak tak bau walau banyak bulu )
maksut hati mau gaya, eh.. mata perih kena asap
helem kompeni
Tetap tersenyum walau pergi pagi pulang malam, jarang bertemu anak istri.

Sabtu, 19 Mei 2012

Bemo The Midget

Bemo adalah singkatan dari "becak motor" dan merupakan kendaraan bermotor roda tiga yang biasanya digunakan sebagai angkutan umum di Indonesia. Bemo mulai dipergunakan di Indonesia pada awal tahun 1962, pertama-tama di Jakarta dalam kaitannya dengan Ganefo.

Belakangan kehadiran bemo dimaksudkan untuk menggantikan becak. Namun rencana ini tidak berhasil karena kehadiran bemo tidak didukung oleh rencana yang matang. Bemo tidak hanya hadir di Jakarta, melainkan juga di kota-kota lain seperti di Bogor, Bandung, Surabaya, Malang, Padang, Denpasar, dll. karena kendaraan ini sangat praktis dan mampu menjangkau jalan-jalan yang sempit, dan dapat melaju jauh lebih cepat daripada becak.

Bemo yang mulanya beroperasi seperti taksi, belakangan dibatasi daerah operasinya di rute-rute tertentu saja, dan akhirnya disingkirkan ke rute-rute kurus yang tak disentuh oleh bus kota. Di Jakarta, bemo mulai disingkirkan pada 1971, disusul oleh Surabaya dan Malang pada tahun yang sama. Pada 1979, Pemerintah Daerah Surakarta mengambil langkah yang sama.

Berawal dari Jepang

Bemo adalah salah satu produk dari pabrikan otomotif terkenal Daihatsu. Pabrikan ini dulunya populer sebagai produsen truk kecil beroda tiga. Setelah Toyota mengeluarkan truk beroda empat di tahun 1954 (populer sebagai Toyoace), permintaan atas truk roda tiga Daihatsu terus merosot. Daihatsu kemudian berinovasi mengembangkan kendaraan beroda tiga yang waktu itu boleh dikemudikan pemegang SIM mobil kompak di Jepang. Hasilnya adalah Daihatsu Midget yang mulai dipasarkan tahun 1957. Kendaraan ini berukuran kecil sehingga diberi nama "midget" (kerdil).

Daihatsu Midget lalu diekspor ke beberapa negara Asia termasuk Indonesia. Dan, meluncurlah kendaraan Daihatsu pertama di Indonesia: Daihatsu Midget alias Bemo.

Evolusi Prototip Bemo
MODEL DK

Model DK mulai dijual 1 Agustus 1957. Kemudi berbentuk stang seperti sepeda motor. Ruang pengemudi dan ruang muatan memiliki atap dari kanvas. Ruang pengemudi tidak berpintu. Panjang keseluruhan: 2.540 mm, lebar keseluruhan: 1.200 mm, tinggi keseluruhan: 1.500 mm. Penumpang maksimum 1 orang. Mesin tipe ZA, dua langkah, berpendingin sistem kipas, kapasitas silinder 250 cc, bahan bakar bensin. Kekuatan maksimum 10 tenaga kuda. Kecepatan maksimum 65 km/jam (spesifikasi dari katalog). Maksimum muatan 300 kg, berat kosong 350 kg. Variasi model berdasarkan model DK: DKA (model awal), DKII, DSV (bagian belakang dibuat kotak), DSAP (kapasitas 2 tempat duduk).
MODEL MP



Model MP mulai dijual bulan Oktober 1959. Bagian hidung sebelah dalam menjadi bagian dari ruang pengemudi, dan bentuknya lebih manis dan halus dibandingkan model DK. Model MP mulai menggunakan stir bundar sehingga lebih mudah dikendarai. Ukuran lebih besar dibandingkan model sebelumnya, panjang keseluruhan: 2.970 mm, lebar keseluruhan: 1.295 mm, dan tinggi keseluruhan: 1.455 mm. Kapasitas tempat duduk: 2 orang. Mesin yang digunakan adalah tipe ZA, dan tipe ZD untuk Midget tipe III (kapasitas silinder: 305 cc, kekuatan maksimum 12 tenaga kuda). Model yang diproduksi: Tipe II (mesin tipe ZA), Tipe III (mesin tipe ZD).

Perkembangan selanjunya 
 1960 - Daihatsu memperkenalkan tipe MP4 dengan panjang keseluruhan ditambah 20 cm agar bisa mengangkut muatan lebih banyak.
    1961 - Midget mulai diproduksi di Pakistan dengan sistem produksi bongkar pasang.
    1963 - Daihatsu memperkenalkan tipe MP5 dengan ruang muatan yang diperpanjang 10 cm, dan maksimum muatan 350 kg. Tipe ini tidak lagi menggunakan bensin campur, melainkan bensin dan oli yang dipisah.
    1972 - Produksi Midget dihentikan dengan total kumulatif produksi 336.534 unit, dan separuh dari jumlah tersebut terjual di Asia Tenggara.
    1996–2001 - Daihatsu memproduksi mobil kompak beroda empat yang disebut Daihatsu Midget II

Sumber : Wikimedia, Gran Turismo

Selasa, 13 Desember 2011

*PETAKA 13*

PETAKA TIGO BALEH
13 KUTUKAN KOSMIK (Kegiatan Orientasi Mahasiswa Teknik {Universitas Andalas 2004})
  1. Senior yg dipertuan agung, raja diraja, ninik mamak, cadiak pandai, alim ulama, suluah bendang dalam nagari, tidak dipanggil dengan sebutan Kakak, Abang, Mas, Mbak, apalagi Papi atau Bokap. Melainkan dipanggil dengan sebutan Uda dan Uni. Setiap bertemu, berpapasan, beradu pandang, bertemu muka dengan senior, wajib disapa dengan wajah ramah dan penuh senyum. Senior wajib dihormati, disegani dan wajib menjalin hubungan baik dengan semua senior, baik dengan berkomunikasi, berbincang-bincang dan mengisi buku suci. Bahasa resmi yang dipakai dalam perbincangan dengan senior di teknik adalah bahasa minangkabau.
  2. Tidak diperkenankan membawa segala jenis hape, baik nokia, ericcson, sony ericcson, motorola, hape tembak, hape pinjam, pager, alat komunikasi, arloji, maupun senjata, seperti senjata tajam, senjata tumpul, senjata api, senjata biologis, senjata kimia, senjata fisika, granat, baik granat tangan maupun granat kaki, ranjau darat, ranjau laut, ranjau udara, segala jenis bom, baik bom bali, bom mariot, bom atom ataupun segala sesuatu yang dapat dijadikan senjata atau alat pembunuh massal.
  3. Dilarang membawa kendaraan pribadi, kendaraan punyo abak, punyo amak, punyo adiak, punyo mamak, atau kendaraan kantor, seperti mobil, sepeda motor, mesin giling, alat berat, alat ringan, helikopter, kapal terbang, kapal laut, kapal selam, kapal apung, kapal nelayan, becak dan gerobak, baik yang beroda maupun yang tidak beroda. Tidak boleh juga, diantar oleh siapapun baik Bokap, Nyokap, mami, papi, uda, uni, kakak, adik, etek, angku, Mak etek, Mak uniang, sodara kandung, sodara tiri, sodara sepersusuan, ataupun oleh nenek, baik nenek moyang maupun nenek lampir.
  4. Dilarang pake perhiasan, lipstick, calak, eye shadow, kutek, inai, segala macam kalung, cincin, segala macam gelang, anting, barang mewah, brg curian, brg milik tetangga, seperti emas asli, emas palsu, emastasi, harta karun, aksesoris seperti jam tangan, jam dinding, jam gadang, jamRud, JamRet, telpon genggam, telpon rumah, telp. koin, telp. kantor, telp. mainan, topi, baik topi baja, topi baret dan brg2 lain, kecuali yg disuruh senior. Berlaku baik untuk pria dan untuk wanita.
  5. Dilarang pake sandal, baik sandal jepit ataupun sandal bolong, carvill maupun swallow, dan tidak boleh memakai pakaian berbahan jeans dan baju kaos, baik kaos oblong ataupun kaos berkrah. Haram hukumnya memakai pakaian org lain, spt pakaian Adik, pakaian transparan, pakaian yang mencetak tubuh, pakaian gelandangan, atau pakaian nenek yang dapat memperlihatkan bentuk tubuh. Pakaian resmi yang boleh dipakai ke kampus adalah baju kemeja, singlet,celana dasar bahan dan sepatu dan kaos kaki untuk cowo', serta baju kemeja, rok kain model A dan sepatu serta kaos kaki untuk cewek. Kelengkapan lain yang diwajibkan oleh senior, wajib dipakai.
  6. Dilarang berprilaku mamaik, kagadang-gadangan, sok paten, mati karancak'an, mantiak, atau melakukan prilaku menyimpang seperti memegang lawan jenis, menatap penuh harap pada lawan jenis, membelai belai ataupun melakukan perbuatan yang bertentangan dengan norma teknik, norma agama dan adat nagari minang.
  7. Dilarang memanjangkan rambut, atau memelihara segala macam bulu2an yang dapat menggganggu penglihatan senior, seperti kumis, jenggot, jambang, takujeng (tak kumis tak jenggot), bulu tangan, bulu perindu, bulukan, dan bulu2 lain yang dapat meresahkan senior
  8. Dilarang menarik perhatian senior, mengelukan senior, menggoda senior dengan cara apapun, seperti membasah basahi bibir, menjilat jilat bibir, senyum dikulum, membasah basahi lidah, mengoyang goyangkan pantat, mengeluarkan desahan desahan maut seperti aaaaahhhh, ihhhhh, uhhhhh, membusungkan dada, membusungkan perut, baik secara lahir maupun batin atau dengan cara cara lain seperti santet, pelet, kacang piriang, babi ngepet dll yang dapat membuat senior memanjat dinding dan berlama lama di WC
  9. Dilarang membawa segala macam surat, baik surat sakti, surat tanah, surat nikah, surat dukun, baik dukun beranak maupun dukun tidak beranak, memo rektor, dan surat2 lain yang dapat membahayakan senior.
  10. Dilarang menghisap segala sesuatu yg mengganggu mata seperti rokok, ganja, mariyuana, nikotin apalagi menghisap Jempol, baik jempol Kaki maupun jempol tangan atau segala sesuatu Yang berbentuk JEMPOL !!!
  11. Dilarang sakik sakik, rangkik-rangkik, patah-patah, mengigau atau mimpi yg aneh aneh, seperti mengajak kencan senior, mimpi basah, mimpi kering apalagi mimpi yang sempurna
  12. Dilarang mabuk2an, baik ringan maupun berat, mabuk darat, mabuk laut, mabuk harta, mabuk cinta, mabuk judi apalagi sampai mabuk Lagi.
  13. Dilarang MEMINUM SEGALA SESUATU YG DAPAT MEMBERI tenaga ekstra, seperti kuku bima TL, TI, TE, TM, TS, kado ultah mama, susu kuda liar, dan susu lainnya yg dapat meningkatkan nafsu makan ataupun nafsu tak terkendali
Kutukan ini berlaku sejauh jauh mata senior memandang dan berlaku sejak ditetapkan sampai dicabut kembali.

Senin, 05 Desember 2011

MANGKUTAK DI NEGERI PROSALIRIS

KESUKUAN DAN LIRISISME “PAPA” :

SEKUMPULAN PUISI MANGKUTAK DI NEGERI PROSALIRIS



Oleh : Andhika Dinata





“ketika penyair menyatukan dirinya dengan alam sambil berdialog, kemudian terjadi keakraban. Batinnya luluh jadi alam itu sendiri. Ia jadi alam itu sendiri”.

-- Rusli Marzuki Saria





MANGKUTAK adalah sebuah tokoh kaba Minangkabau yang populer dalam cerita rakyat “Sabai Nan Aluih”. Mangkutak adik bungsu Sabai, seorang bujang pemalas, kerjanya setiap hari bermain layang-layang. Kehadiran Mangkutak telah dikaba-beritakan, dipentaskan dalam banyak tradisi dan pertunjukan. AA Navis, Wisran Hadi, Hamid Djabbar bisa disebut tokoh budaya yang paling gemar melakonkan “Mangkutak” dalam epika karyanya. Nah, penyair Rusli Marzuki Saria juga turut meramaikan ikon Mangkutak, tokoh kaba Minangkabau yang cukup tersohor itu. Lewat karya puisinya Rusli memberi cerminan bahwa Mangkutak layak diekstradisi ke dalam tokoh prosais. Lewat itu pula ia meretas buah karya “Mangkutak di Negeri Prosa Liris”.



Dalam bait puisi Rusli berniat melanjut dan memuat kaba Mangkutak dalam larik puisi. Intensitas Mangkutak yang ditokohkan tak sedikitpun berkurang. Sosok Mangkutak tetap digambar sebagai tokoh yang gemar bermain layang-layang, pagi sore menghabiskan waktu di teras halaman, mabuk kuda melajang bukit di terik nan siang. Nah, kekuatan ide –dengan tidak mengurangi keasliannya– diraba, disorot, diasah Rusli dalam puisinya itu. Kehadiran Mangkutak yang semula menjadi ikon tokoh yang “pincang karakter” ditaja dalam sudut pandang berbeda. Hadirnya Mangkutak digambarkan sebagai tokoh periang, jenaka, dan inspiratif.

aku simangkutak pulang petang. setelah bermain layang
layang
seharian. awan kelabu terbang rendah di kaki perbukitan
nun
di sana. lama kucari jejak di pematang gelanggang
alangkah
ramai
 semusim tuak tua semusim aduayam silangkaneh
alangkah
ganasnya
sabai, sabai..., sabai...
.........................

 [“mangkutak”, 1997]



Hadirnya Mangkutak yang hantu layang-layang menyimbolkan sesosok muda yang tangkas, penuh kegairahan, acuh dari kegundahan, dan belenggu persoalan. Entah dalam tatanan realita sosok itu ada atau tidak, namun kehadiran Mangkutak di Negeri Prosaliris sepertinya menarik untuk dibahas.

*
Kesukuan dan lirisisme sajak-sajak Rusli lebih banyak berbincang pada suara alam: ringkik kuda, padang ilalang, rona hutan dan kebun sawit. Kedekatannya dengan alam dipetik dari falsafah Minangkabau “Alam Takambang Jadi Guru”. Alam yang lebar tercipta untuk dimaknai hadirnya, diresapi karsanya, direlung batinnya. Corak lirik yang ditulisnya tidak tanggal dari tradisi dan unsur-unsur “keminangan”. Membaca sajak-sajaknya seperti menyibak alam Minangkabau. Keindahan sawah nan lapang, lurah nan dalam, alam nan lebar, bukit nan tinggi.

gelagah padang ilalang
jauh mata memandang sawah lapang
gumam tengahhari matahari terik
rambutmu tergerai pantun menyimpan larik

[“gelagah padang ilalang”, 1998].

Membaca sajak-sajaknya juga seperti menggerus sejarah masa lampau. Kenangan yang lalu, tembang yang syahdu.

mengembara di setiap lembah
tanah airku
tanah airmata bunda
kutimba airmu di telaga jernih gunung
musim datang berganti
kau juga setia berdiri dekat kandang
aku rindu jenderal soedirman yang ditandu
membaca lagi laporan dari banaran
surat-surat dari naira
renungan indonesia sjahrazad
di bawah bendera revolusi
madilog yang lahir dari minangkabau masa lampau
.........................

 [“rindu one jo abak”, 2002]

Ciri khas dari Rusli yaitu penggambaran sajak yang dekat dengan diri-nya. Rusli bercerita, berkaba, menata tembang pengalaman dari halaman ke halaman. Ia menyimak musim, menantang matahari, bergumul di hutan, bernyanyi di pematang: menyatu dengan alam. Dari alam itu ia memungut kata. Dari kata terpijarlah estetika. Kata dan estetika sengaja dicari dan dikembangkan lewat nalar kreatif. Intuisi penyair. Nyaris tak ada batas antara penyair – alam – dan intuisinya itu. Rusli membuka jarak lebar-lebar dengan alam dan apa yang ada di dalamnya. Hadir di kebun sawit ia menulis “aku rindu bansi menjerit di kebun sawit”, bergumul di hutan ia menulis “kau kijang aku rusa”, menyoal sengketa ulayat ia menulis “seorang petani membawa luka”, di meja hidang sekalipun ia menulis “meja makan malam kedai nasi padang”.Sajak-sajaknya berumah dan melimbubu dari teks situasi, imaji, dan pengalaman-pengalaman itu.

“di negeri prosa liris” (1999) ia bergumam enam puluh tiga tahun usia, dan kata, baginya, terbungkuk membawa beban pengertian. Arus modernisasi telah merambah ladang, sawah, dan hutan si mangkutak. Pelan dan perlahan kemajuan pola pikir dan arus modernisasi menjelma pagoda raksasa yang tak lagi dapat dibendung. Angka statistika penduduk bergerak linear berderet-berjejer-berputar sepanjang waktu. Populasi orang memadat dan mendesak dalam ruang. Dan si “mangkutak” yang telah terjamah era moderat tetap hadir sebagai sosok yang rindu bunyi saluang dan rabab. Ia tak tergusur roda zaman, angin globalisasi, kemajuan ekonomi, dan modernisasi yang canggih dan hebat.

di negeri prosaliris aku bergumam enampuluhtiga
tahun dan kata
kata terbungkuk membawa beban pengertian
nenekmoyangku
teruka ladang dan sawah industri entah di mana. lalu
engkau
menghafal buku buku ekonomi negara maju dalam
semalam acara
global masuk kamar lewat televisi. kamar kamar
sumpek bagai
sarang kepuyuk seperti ratusan juta penduduk negeri
ini. barangkali tuan malthus saja tersenyum
di negeri prosaliris aku bercinta dengan seksama lalu
jadi
sentimentil pada saluang dan rabab
.........................

 [“di negeri prosaliris”, 1999]

Dalam “aku tulis namamu” (1997) kita temukan rekaman imaji Rusli dari pengalaman hidup yang keras dan cadas. Sebagai mantan perwira polisi (Brimob) ia akrab dengan desis suara bazooka memecah panser di medan pertempuran. Rusli muda juga pernah merasakan getirnya perjuangan, suasana militer yang mencekam, namun sarat makna persaudaraan. Rekam peristiwa historik itu diurainya dalam snapshot ini.

aku tulis namamu dalam simbolik zamanku yang berat
di penghujung abad ke-20 sebentar lagi tamat
denyut jantung erangan nafas dan mata pemberontak
terbeliak di tapal batas kehidupan sehari-hari yang berat
aku kenal kamu di benteng terakhir perang saudara
ketika peluru bazooka memecah panser di lembah itu
.........................

[“aku tulis namamu”, 1997]

**
 “belajar duduk seperti alif bata” kita menyibak aspek ruhani sufistik. Sajak seperti ini mengingatkan kita pada karya besar sufi Jalaluddin Rumi dan Farid al-Din Attar. Rusli bertasawuf diri lewat karya puisi. Tasawuf diartikannya sebagai inti hakikat. Ia ingin duduk seperti alif: duduk-berdiri. duduk-berucap, duduk-bersujud, duduk-membumi, duduk-melebur dengan Yang Maha Esa, pemilik Cinta Yang Agung.  Rusli merindu semua itu, ia ingin merelung, melepas diri dari belenggu menuju alam kesejatian.

belajar duduk
seperti alif bata
menghadap mihrab

ambil pisau
putus tali tali
pisahkan
rohani
manusiawi.


 [ “belajar duduk seperti alif bata”, 1982]

Sajaknya yang lain “dari musdalifah bergetar perjalanan malam” ditulisnya dalam perjalanan spiritual menuju mina-musdalifah-arafah. Ia menulis di saat terik matahari membakar kulit membungkus api perjalanan. Tak ada yang tersisa selain kata: lelah dan lelap.

dari musdalifah bergetar perjalanan malam
mengikuti jejakmu menuju mina yang terbakar
bintang gemintang langitmu biru aku seperti tidak tahu
pada lelah. batinku terbakar diembus nafasmu berabad
abad
datang menjelang leluhur kami di timur namanya sumatera
terlintas syari’ati mendaki bukit bukit batu yang tidak
pernah
takluk. adabiah al adabiyah telekung ganih zaman
sangsai
.........................

[“dari musdalifah bergetar perjalanan malam”, 1997]

Rusli dengan kenangan dan tembang-tembangnya menyisir pantai, menyibak rumah-rumah kehidupan. Ia luluh dalam gelap. memancar dalam terang. menggetar dalam dentuman, menghanyut dalam renungan. Dalam gelap, dalam terang, dalam dentuman, ia memuisi dan merona, berjibaku dengan monolog-monolognya itu. Kita lihat pada bait

aku ingin benar melupakanmu. di gelap cahaya
dan angin menusuk lambungku ngilu. sebuah drama
tragik aku ingin lusuh bersamanya. tempohari aku
betul rapat denganmu seperti daging dengan kuku
lalu kita berbenah dan berumah di pantai sana
.........................

 [ “aku ingin benar melupakanmu”, 1999]


Sajak yang ditulis di usia senja tak menunjukkan penurunan kualitas atau kadar kebernasan. Rusli sama sekali tak menunjukkan “kepapaan” dalam menulis dan berkarya. Bahkan di sela kesenjaannya ia masih bisa mengukir lirik romantik seperti dalam “aku bayangkan kamu” (1998).

aku bayangkan kamu di tingkat dua
kamar perpustakaanku
beranda senjahari
angin lindap terlintas
rambut nafasmu sesak sampai batas
cakrawala jauh
cerca terpaan paling terkena dalam hidup kita
ketika sebuah kejujuran terungkap jendela terbuka
kita diam. menarik diri masing-masing
.........................

atau bait “aku mengenangmu kembali di suatu pagi” (2007)

aku mengenangmu kembali di suatu pagi
kemarau barangkali kan panjang karena kulihat
awan memanjang
pematang kita yang lurus jemarimu yang kurus
adakah igau dalam kokokayam penghabisan
erang nafasmu sepanjang subuh gemintang
.........................

“ketika penyair menyatukan dirinya dengan alam sambil berdialog, kemudian terjadi keakraban. Batinnya luluh jadi alam itu sendiri. Ia jadi alam itu sendiri”. Rusli benar-benar membatin dalam filosofinya itu. Tak banyak yang setia berkarya hingga terus dan lama. Ia salah satu yang tetap ada. Adanya “Papa” Rusli Marzuki Saria di perpuisian nusantara telah menorehkan warna bahwa dunia puisi dan persajakan tak harus lengang dari prinsip-prinsip kebudayaan. Ia (justru) hadir untuk meramaikan khazanah budaya lengkap dengan unsur-unsur pengayaan yang ada di dalamnya.

Sebagai penyair Minang, Rusli telah berhasil mengangkat tatanan tradisi dan “keminangan” yang kuat. Lewat tema yang bergumul pada “Mangkutak” dan “Parewa”, Rusli bercerita, berkaba, menata tembang pengalaman dari halaman ke halaman. Ia menyimak musim, menantang matahari, bergumul di hutan, bernyanyi di pematang: menyatu dengan alam..

***

HALUAN, 04 Desember 2011

Nb : gelar "Parewa" biasa ditujukan  pada sampah masyarakat ( pemabuk, penjudi dan sebagainya )

Senin, 14 November 2011

Surat Pengunduran Diri

Kepada Yth :

HRD Koperasi Karyawan Kaltim Prima Coal

Di

Sangatta, Kalimantan Timur

Hal : Pengunduran Diri

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Abdus Salim

Departemen : Field

Posisi : Blast In Charge

NB : ZGZBIZ

Menyatakan pengunduran diri saya sebagai karyawan PT. Koperasi Karyawan Kaltim Prima Coal (K3PC), terhitung pada tanggal 28 September 2011.

Saya mengucapkan terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk berkerja di PT.K3PC. Saya juga memohon maaf kepada seluruh karyawan dan menajemen PT.K3PC apabila terdapat kesalahan yang telah saya lakukan selama bekerja.

Sangatta, 20 September 2011

Hormat saya

Karyawan

Sabtu, 24 September 2011

ada apa dengan Tokugawa Ieyasu

Tokugawa Ieyasu (Tokugawa Iyeyasu ) adalah pendiri dan Shogun pertama dari Keshogunan Tokugawa dari Jepang yang memerintah dari Pertempuran Sekigahara pada tahun 1600 hingga Restorasi Meiji pada 1868.Ieyasu merebut kekuasaan pada tahun 1600, menerima penunjukan sebagai shogun pada tahun 1603, turun tahta dari jabatannya pada tahun 1605, tetapi tetap berkuasa sampai kematiannya pada tahun 1616.
Waktu kecil (saat itu ia bernama Matsudaira Takechiyo) ia pernah menjadi tawanan politik oleh Oda Nobuhide ( bapaknya Oda Nobunaga ) selama tiga tahun di Kuil Manshoji di Nagoya.
Tokugawa Ieyasu pertama kali menikah pada umur 16 tahun ( kalo jaman sekarang masih sekola di SMA tuh)hingga akhir hayatnya,Dia telah memiliki sembilan belas istri dan selir.
Dalam beberapa sumber Ieyasu diketahui memiliki kebiasaan buruk menggigiti kuku ketika gugup, terutama sebelum dan selama pertempuran.
semboyannya:

Hidup itu seperti sebuah perjalanan panjang dengan beban berat. Kadang langkah mu menjadi lambat dan berat, bahkan terkadang kau tersandung. Membuat sebuah opini dalam pikiranmu bahwa ketidak sempurnaan dan ketidak nyamanan adalah nasib alami seorang manusia, dan tidak akan ada ruang untuk ketidakpuasan, hanya keputusasaan. Ketika ambisius keinginan timbul dalam hatimu, mengingatkan mu kembali pada hari-hari yang keras di masa lalu . Cari kesalahan dalam dirimu sendiri, dan perbaiki di masa depan.

Hobi favorit Ieyasu adalah berburu dengan elang. Dia menganggapnya sebagai pelatihan yang sangat baik bagi seorang pejuang.sehingga sering ia berkata:
Jika anda pergi berburu, anda belajar untuk memahami semangat militer dan juga kehidupan keras kelas bawah. anda melatih otot-otot dan melatih anggota badan anda. Anda lebih sering berjalan dan berlari dan menjadi sangat tidak peduli terhadap panas dan dingin, dan sehingga kecil kemungkinan anda menderita penyakit apa pun.
nb:
model: pudin

Jumat, 16 September 2011

Engine For The Night Poison

seorang manusia

terbaring tak berdaya

hitam kelam samudra

menarik tubuh bawah dunia

kelam memutus tangan kaki

kelam mendiamkan alam

kelam membutakan mata

kelam merasuki jiwa

laut yang nyaman

angin yang segar

tiada yang menakar kesalahan

tiada yang memuji perbuatan

mulai menginjak tanah

hitam putih alam tak terasa

tangan menggenggam semua

sunyi tak resah

jantung berdetak deras

badan lelah terperas

kembali melihat cahaya

ia masih manusia

bangkit...

dari mati

melihat takdir

Rabu, 12 Mei 2010

Als waffe


Lange nicht gesehen
mir konnt es vor als hatte ich lange geschlafen
ich mich endlich wieder erholt

jetzt kann ich meine
krafte beliebig einsetzen
also fengen wir an waffe
mit der reche an der welt

die uns erschaffen hat

Rabu, 05 Mei 2010

tata cara membuat tenda darurat di lokasi peledakan

pada musim musim panas udara dan cahaya matahari amatlah panas, untuk itu bagi para pekerja lapangan tenda adalah kebutuhan pokok saat istirahat. berikut adalah tata cara membuat tenda darurat tersebut.

pertamatama kita dapat mengumpulkan bermacam macam benda yang dapat di sulap menjadi tenda, misal Tongkat, kardus dan plastik bekas pembungkus handak
lalu kardus kita lobangi,
dari lobang tersebut, kita dapat mengitat kardus dan tongkat, usahakan ikatan tersebut cukup kuat sehingga dapat menahan terpaan angin
dan ditancap
sediakan alas
dan selesai

Minggu, 01 Maret 2009

ela lagi-lagi ela

"aku masih disini. terdiam sepi. mesti tampamu... " abegutu lah kiranya lirik lagu nan didendangkan oleh hijau daun, yang ku dengar dari sebuah radio swasta.
segera herman (koki senior) menukar dan mencari siaran dangdut kesuakaanya, dan lolita pun berdendang membawakan lagu gak jaman. wah asik ni aku pun makin semangat menggoyangkan spatula mengaduk sasakan leluhur ku. sejurus disana herman pun tersenyum dengan tatapan penuh makna ( kira kira maknanya "kau suka dangdut juga bung"). dan lagu selanjutnya adalah umbrela versi dangdut ( wah ada juga ya versi dangdutnya), kami mulai kagum pada rihana ( bisa juga artis negro ini nyanyi dangdut ). sejenak aku teringat pada semua cewe bernama ela (ayo lagi pikir ape loe?).( jangan negative doeloe boeng) ela lah yang bisa menbuat aku merasa ganteng ( mesti terkadang berarti gadang tengak/ maha bodoh/ super pandir/ idiot) dan tampan.
inilah para cewe yang bernama ela :
ela I ( baca ela pertama)
adalah teman SDku yang paling berani dan tak terkalahkan kalo diajak duel ( maksutnya lomba makan nya lim). sepertinya ela yang satu ini tak usah kita bahas.
ela II (seperti biasa, baca ela ke dua dan begitu selanjutnya)
teman SMP, alah mak cantiknya bukan main (tapi anehnya aku selalu menanggil nya kakak). sayang ia suadah ada yang punya dan hati seekor gagak pun bertaut pada senyum manis sang bangau.
ela III
teman SMP dan SMA, ada satu kata darinya yang selalu ku ingat " lim kita main drama yuk, parodipun tak apa-apa ." dan aku menyanggupinya. kami bermain parodi didepan kelas ( pada jam bahasa ) bersama hendra ( yang juga berasal dari SMP yang sama dengan kami ).
kelas pun bergemuruh, semua tertawa, A+ untuk kami.
ela IV
teman SMA, wah kalo yang ini agak spesial. karena cewe ini lah salah satu cewe yang sering digosipkan ibuku (di sangkanya aku pacaran sama ela yang ini), itu terjadi saat ibu melihat kami duduk berdua saat peringatan 100 tahun bung Hatta, dibawah jamgadang yang menjadi simbol kotaku ( "duh mesranya" ucap ibuku). ada satu kata darinya yang selalu kuingat "wah lim clan kita rupanya sama, aku juga melayu."( maksut clan disini adalah clan pada suku minang, selain melayu juga ada koto, pili, jambak, caniago, dan sebagainya).
ela V
teman kuliah, mesti sebenarnya ia tak bernama ela tapi bagiku ia lah ela ke lima ( itu semata-mata karena cara berpakaiyannya mirip dengan ela ke empat). cewe berjilbab dan berkacamata ini lebih tua setanun dariku,lebih sering ku sapa aan. hal yang paling ku ingat ialah saat kami melaporkan hasil kunjungan industri kami ke semen padang. awalnya aku duduk dengan malas disampingnya ( dalam pikiranku " ah anak cewe pasti lebih pintar berdebat dengan para senior" ), maklum saja gagak yang ini adalah makluk paling pengecut.
tampa sengaja ku menoleh kesamping,dan saat itu ku lihat. wanita berjilbab ini tampak pucat ( beragam hipotesa muncul di benakku, yang intinya aku harus bantu dia mati-matian.) dan akupun berdiri membantunya menghadapi para senior itu (aku tak boleh kalah, kalo bisa sampai semua senior itu tak sanggup lagi bertanya).
ela VI
seorang gadis yang kujumpai di medan ini adalah seorang penjaga tempat penyewaan komik di jalan tamrin ( medan ).cewe berdarah cina dan melayu deli ini lah yang membuat aku berani mencuri waktu ( maksutnya waktu kerja ku di medan ), hanya untuk melihat wajahnya yang cantik dan komiknya yang super lengkap. tapi sanyang kita harus berpisah,karna aku merantau ke sebuah pulau yang ia sebut karimata ( kalo orang jawa menamakan pulau kalimantan ).
dan disini lah aku sakarang. pulau bertuah, benua etam (nama aslinya yang di baca borneo oleh para kompeni belanda), pulau harapan ,pulau kalimantan.
herman menatapku lagi ( yang serius kerja bung )...
THE END

Kamis, 26 Februari 2009

Lagu Hujannya Tipe-X

tau tidak, apa lagu kesukaan si bangau? tak lain tak bukan, lagu hujan dari tipe-x. dan si bangau sering mendendangkan liriknya yang ini:
Biarkan hujan basahi bumi
Basahi semua mimpi yang pernah mati
Biarkan berkembang, tumbuh, dan bersemi
Semua bunga-bunga negeriku ini
Dinginnya hujan sadarkan kita
Terlalu kita telah terpenjara
Diam tak berdaya terbakar mentari
Hingga tak sanggup teriakkan kata hati

He..he.., mungkin ia senang kepala suku telah berganti, indonesia memulai pemilu yang demokratis (katanya sih begitu)

Sabtu, 03 Januari 2009

skay army

boleh dibilang "tampa si kucing skay army tak akan pernah ada", loh kok begitu. ini berawal saat guru bahasa indonesia kami menugaskan para muridnya membuat suatu puisi. dan saat itu gagak belum mengenal sama sekali apa itu yang namanya puisi. begitu gagak dipanggil untuk membaca puisi, dengan santainya gagak langsung berpuisi, dan inilah isinya:

MERAPI

kau yang berdiri
tegak disana
tiap hari, pasti
tetap disana

tentu saja ini sama selali bukan puisi, he..he...
gelak tawa pun berderai mengakhiri pementasan puisi tersebut. namun di sudut kelas, seorang gadis cantik ( tentu saja si kucinng ) tetap diam seribu bahasa, seakan ia tak mempedulikan pertunjukan homor yang baru saja berlangsung. hingga tibalah giliran gadis ini tampil.

SKEY ARMY
hey...
apa yang kalian pikir
hitam putih norma
tamapa raga

inilah... kami,
yang terkurung dalam tembok ini
merangkul balok es
titipan tanpa batas

berjalan menari di atas pentas
yang bernama kehidupan
mengais mencari kunci

kunci perak
the silver key
the SKEY

kami adalah prajurit
pencarinya
The SKEY ARMY

kami hantamkan kaki
mencoba melompat
lompati tembok ini

kami kepakan sayap
mencoba terbang
jauhi sangkar-sangkar itu

berusaha menjelma menjadi sempurna
bangun saat terjatuh
mengibarkan bendera abu-abu
THE SKEY ARMY
landbow 1999
shiska( nama si kucing)
semua pun terpana, bahkan aku(gagak) pun terdiaam beberapa saat. dan sang gagak pun jatuh cinta pada puisi, kelas kami dipangil dengan sebutan SKEY ARMY ( dan akhirnya di panggil SKAY ARMY)

peta tamuku

Powered By Blogger