Tak seperti hari biasanya, pagi ini aku bangun dengan malas. Ah... benar, butuh waktu satu jam hingga aku benar-benar bangkit dari singgasana mimpi. Pada intinya, aku malas, malas sekali, tak ada yang ingin ku kerjakan hari ini.
Duduk ditemani sepi didepan pintu kamar "barack"-ku. Tak ada yang ku pikirkan, atau tak tahu apa yang sedang dipikirkan. O..., ternyata kalimat tadi tak sepenuhnya benar, aku tak sendiri, segelas minuman menemaniku. Tak peduli apapu nama yang mereka beri, untuk menamai kombinasi susu, coklat, dan kopi. Tapi yang ini racikan ku sendiri, kadar coklatnya lebih tinggi ( mungkin over dossis), 70%nya adalah coklat hitam. Hmm.., aku baru sadar kalau aku sedikit gila.
Terkadang angin menampar wajahku, setela ia mempermainkan daun-daun pisang dan meranyu daun-daun sirih yang lemah gemulai bergelantungan di batang kecil di samping. "Bangun kau makhluk malas" hardiknya. Tersentak, ku cicipi kembali minumanku, "hm... Manis, manis sekai memang".
Tiba-tiba "ahmad dani" berdendang di radio (0...ya aku lupa, kalau radio dari tadi pagi sudah menyala, namun tak ku hirau kan, mungkin awalnya bermaksut cari siaran dangdut, dan kelupaan matiin) kalau tak salah judulnya "main tiga". Wah kayaknya enaknya kalo punya istri, apalagi kalau punya tiga, he...he. Akupun mulai menghayal lagi
halaman
Imagine there's no your girl, so it's happy if you try
Rabu, 07 Januari 2009
Hari off
Tak seperti hari biasanya, pagi ini aku bangun dengan malas. Ah... benar, butuh waktu satu jam hingga aku benar-benar bangkit dari singgasana mimpi. Pada intinya, aku malas, malas sekali, tak ada yang ingin ku kerjakan hari ini.
Duduk ditemani sepi didepan pintu kamar "barack"-ku. Tak ada yang ku pikirkan, atau tak tahu apa yang sedang dipikirkan. O..., ternyata kalimat tadi tak sepenuhnya benar, aku tak sendiri, segelas minuman menemaniku. Tak peduli apapu nama yang mereka beri, untuk menamai kombinasi susu, coklat, dan kopi. Tapi yang ini racikan ku sendiri, kadar coklatnya lebih tinggi ( mungkin over dossis), 70%nya adalah coklat hitam. Hmm.., aku baru sadar kalau aku sedikit gila.
Terkadang angin menampar wajahku, setela ia mempermainkan daun-daun pisang dan meranyu daun-daun sirih yang lemah gemulai bergelantungan di batang kecil di samping. "Bangun kau makhluk malas" hardiknya. Tersentak, ku cicipi kembali minumanku, "hm... Manis, manis sekai memang".
Tiba-tiba "ahmad dani" berdendang di radio (0...ya aku lupa, kalau radio dari tadi pagi sudah menyala, namun tak ku hirau kan, mungkin awalnya bermaksut cari siaran dangdut, dan kelupaan matiin) kalau tak salah judulnya "main tiga". Wah kayaknya enaknya kalo punya istri, apalagi kalau punya tiga, he...he. Akupun mulai menghayal lagi
--------------------------------------------------------------
Ovi Mail: Simple and user-friendly interface
http://mail.ovi.com
Duduk ditemani sepi didepan pintu kamar "barack"-ku. Tak ada yang ku pikirkan, atau tak tahu apa yang sedang dipikirkan. O..., ternyata kalimat tadi tak sepenuhnya benar, aku tak sendiri, segelas minuman menemaniku. Tak peduli apapu nama yang mereka beri, untuk menamai kombinasi susu, coklat, dan kopi. Tapi yang ini racikan ku sendiri, kadar coklatnya lebih tinggi ( mungkin over dossis), 70%nya adalah coklat hitam. Hmm.., aku baru sadar kalau aku sedikit gila.
Terkadang angin menampar wajahku, setela ia mempermainkan daun-daun pisang dan meranyu daun-daun sirih yang lemah gemulai bergelantungan di batang kecil di samping. "Bangun kau makhluk malas" hardiknya. Tersentak, ku cicipi kembali minumanku, "hm... Manis, manis sekai memang".
Tiba-tiba "ahmad dani" berdendang di radio (0...ya aku lupa, kalau radio dari tadi pagi sudah menyala, namun tak ku hirau kan, mungkin awalnya bermaksut cari siaran dangdut, dan kelupaan matiin) kalau tak salah judulnya "main tiga". Wah kayaknya enaknya kalo punya istri, apalagi kalau punya tiga, he...he. Akupun mulai menghayal lagi
--------------------------------------------------------------
Ovi Mail: Simple and user-friendly interface
http://mail.ovi.com
Hari off
Tak seperti hari biasanya, pagi ini aku bangun dengan malas. Ah... benar, butuh waktu satu jam hingga aku benar-benar bangkit dari singgasana mimpi. Pada intinya, aku malas, malas sekali, tak ada yang ingin ku kerjakan hari ini.
Duduk ditemani sepi didepan pintu kamar "barack"-ku. Tak ada yang ku pikirkan, atau tak tahu apa yang sedang dipikirkan. O..., ternyata kalimat tadi tak sepenuhnya benar, aku tak sendiri, segelas minuman menemaniku. Tak peduli apapu nama yang mereka beri, untuk menamai kombinasi susu, coklat, dan kopi. Tapi yang ini racikan ku sendiri, kadar coklatnya lebih tinggi ( mungkin over dossis), 70%nya adalah coklat hitam. Hmm.., aku baru sadar kalau aku sedikit gila.
Terkadang angin menampar wajahku, setela ia mempermainkan daun-daun pisang dan meranyu daun-daun sirih yang lemah gemulai bergelantungan di batang kecil di samping. "Bangun kau makhluk malas" hardiknya. Tersentak, ku cicipi kembali minumanku, "hm... Manis, manis sekai memang".
Tiba-tiba "ahmad dani" berdendang di radio (0...ya aku lupa, kalau radio dari tadi pagi sudah menyala, namun tak ku hirau kan, mungkin awalnya bermaksut cari siaran dangdut, dan kelupaan matiin) kalau tak salah judulnya "main tiga". Wah kayaknya enaknya kalo punya istri, apalagi kalau punya tiga, he...he. Akupun mulai menghayal lagi
Duduk ditemani sepi didepan pintu kamar "barack"-ku. Tak ada yang ku pikirkan, atau tak tahu apa yang sedang dipikirkan. O..., ternyata kalimat tadi tak sepenuhnya benar, aku tak sendiri, segelas minuman menemaniku. Tak peduli apapu nama yang mereka beri, untuk menamai kombinasi susu, coklat, dan kopi. Tapi yang ini racikan ku sendiri, kadar coklatnya lebih tinggi ( mungkin over dossis), 70%nya adalah coklat hitam. Hmm.., aku baru sadar kalau aku sedikit gila.
Terkadang angin menampar wajahku, setela ia mempermainkan daun-daun pisang dan meranyu daun-daun sirih yang lemah gemulai bergelantungan di batang kecil di samping. "Bangun kau makhluk malas" hardiknya. Tersentak, ku cicipi kembali minumanku, "hm... Manis, manis sekai memang".
Tiba-tiba "ahmad dani" berdendang di radio (0...ya aku lupa, kalau radio dari tadi pagi sudah menyala, namun tak ku hirau kan, mungkin awalnya bermaksut cari siaran dangdut, dan kelupaan matiin) kalau tak salah judulnya "main tiga". Wah kayaknya enaknya kalo punya istri, apalagi kalau punya tiga, he...he. Akupun mulai menghayal lagi
Hari off
Tak seperti hari biasanya, pagi ini aku bangun dengan malas. Ah... benar, butuh waktu satu jam hingga aku benar-benar bangkit dari singgasana mimpi. Pada intinya, aku malas, malas sekali, tak ada yang ingin ku kerjakan hari ini.
Duduk ditemani sepi didepan pintu kamar "barack"-ku. Tak ada yang ku pikirkan, atau tak tahu apa yang sedang dipikirkan. O..., ternyata kalimat tadi tak sepenuhnya benar, aku tak sendiri, segelas minuman menemaniku. Tak peduli apapu nama yang mereka beri, untuk menamai kombinasi susu, coklat, dan kopi. Tapi yang ini racikan ku sendiri, kadar coklatnya lebih tinggi ( mungkin over dossis), 70%nya adalah coklat hitam. Hmm.., aku baru sadar kalau aku sedikit gila.
Terkadang angin menampar wajahku, setela ia mempermainkan daun-daun pisang dan meranyu daun-daun sirih yang lemah gemulai bergelantungan di batang kecil di samping. "Bangun kau makhluk malas" hardiknya. Tersentak, ku cicipi kembali minumanku, "hm... Manis, manis sekai memang".
Tiba-tiba "ahmad dani" berdendang di radio (0...ya aku lupa, kalau radio dari tadi pagi sudah menyala, namun tak ku hirau kan, mungkin awalnya bermaksut cari siaran dangdut, dan kelupaan matiin) kalau tak salah judulnya "main tiga". Wah kayaknya enaknya kalo punya istri, apalagi kalau punya tiga, he...he. Akupun mulai menghayal lagi
Duduk ditemani sepi didepan pintu kamar "barack"-ku. Tak ada yang ku pikirkan, atau tak tahu apa yang sedang dipikirkan. O..., ternyata kalimat tadi tak sepenuhnya benar, aku tak sendiri, segelas minuman menemaniku. Tak peduli apapu nama yang mereka beri, untuk menamai kombinasi susu, coklat, dan kopi. Tapi yang ini racikan ku sendiri, kadar coklatnya lebih tinggi ( mungkin over dossis), 70%nya adalah coklat hitam. Hmm.., aku baru sadar kalau aku sedikit gila.
Terkadang angin menampar wajahku, setela ia mempermainkan daun-daun pisang dan meranyu daun-daun sirih yang lemah gemulai bergelantungan di batang kecil di samping. "Bangun kau makhluk malas" hardiknya. Tersentak, ku cicipi kembali minumanku, "hm... Manis, manis sekai memang".
Tiba-tiba "ahmad dani" berdendang di radio (0...ya aku lupa, kalau radio dari tadi pagi sudah menyala, namun tak ku hirau kan, mungkin awalnya bermaksut cari siaran dangdut, dan kelupaan matiin) kalau tak salah judulnya "main tiga". Wah kayaknya enaknya kalo punya istri, apalagi kalau punya tiga, he...he. Akupun mulai menghayal lagi
Sabtu, 03 Januari 2009
skay army
boleh dibilang "tampa si kucing skay army tak akan pernah ada", loh kok begitu. ini berawal saat guru bahasa indonesia kami menugaskan para muridnya membuat suatu puisi. dan saat itu gagak belum mengenal sama sekali apa itu yang namanya puisi. begitu gagak dipanggil untuk membaca puisi, dengan santainya gagak langsung berpuisi, dan inilah isinya:
MERAPI
kau yang berdiri
tegak disana
tiap hari, pasti
tetap disana
tentu saja ini sama selali bukan puisi, he..he...
gelak tawa pun berderai mengakhiri pementasan puisi tersebut. namun di sudut kelas, seorang gadis cantik ( tentu saja si kucinng ) tetap diam seribu bahasa, seakan ia tak mempedulikan pertunjukan homor yang baru saja berlangsung. hingga tibalah giliran gadis ini tampil.
SKEY ARMY
hey...
apa yang kalian pikir
hitam putih norma
tamapa raga
inilah... kami,
yang terkurung dalam tembok ini
merangkul balok es
titipan tanpa batas
berjalan menari di atas pentas
yang bernama kehidupan
mengais mencari kunci
kunci perak
the silver key
the SKEY
kami adalah prajurit
pencarinya
The SKEY ARMY
kami hantamkan kaki
mencoba melompat
lompati tembok ini
kami kepakan sayap
mencoba terbang
jauhi sangkar-sangkar itu
berusaha menjelma menjadi sempurna
bangun saat terjatuh
mengibarkan bendera abu-abu
THE SKEY ARMY
MERAPI
kau yang berdiri
tegak disana
tiap hari, pasti
tetap disana
tentu saja ini sama selali bukan puisi, he..he...
gelak tawa pun berderai mengakhiri pementasan puisi tersebut. namun di sudut kelas, seorang gadis cantik ( tentu saja si kucinng ) tetap diam seribu bahasa, seakan ia tak mempedulikan pertunjukan homor yang baru saja berlangsung. hingga tibalah giliran gadis ini tampil.
SKEY ARMY
hey...
apa yang kalian pikir
hitam putih norma
tamapa raga
inilah... kami,
yang terkurung dalam tembok ini
merangkul balok es
titipan tanpa batas
berjalan menari di atas pentas
yang bernama kehidupan
mengais mencari kunci
kunci perak
the silver key
the SKEY
kami adalah prajurit
pencarinya
The SKEY ARMY
kami hantamkan kaki
mencoba melompat
lompati tembok ini
kami kepakan sayap
mencoba terbang
jauhi sangkar-sangkar itu
berusaha menjelma menjadi sempurna
bangun saat terjatuh
mengibarkan bendera abu-abu
THE SKEY ARMY
landbow 1999
shiska( nama si kucing)
shiska( nama si kucing)
semua pun terpana, bahkan aku(gagak) pun terdiaam beberapa saat. dan sang gagak pun jatuh cinta pada puisi, kelas kami dipangil dengan sebutan SKEY ARMY ( dan akhirnya di panggil SKAY ARMY)
Kamis, 01 Januari 2009
Kala lawa(bgn 2)
Langganan:
Postingan (Atom)