Pada bulan januari tahun 2016, akhir penulis berhasil melepas masa masa kesendirian ( he.. He.. Gak jomlo lagi), dengan mempersunting seorang wanita cantik dari pulau seberang. Dengan sebutir cincin dan gelang emas, ku bacakan kalimat ijabkabul di depan ayahnya. Senyum dan rona bahagia dapat ku lihat dari wajah tua ibuku, sangat indah. Beberapa kali kulirik perempuan di samping ku, oh.. betapa indah nya mu istriku, saat itu ku tak pernah sadar senyuman nan menawan itu semuanya palsu.
Tak perlu waktu lama, kami mulai sering bertengkar. Entah mengapa dia selalu mencari cara untu memulai pertengkaran. Bahkan keluarga kami sudah berusaha untuk mencari jalan agar kami dapat baikan. Hati ini rasanya hancur, bahkan ku pun tak dapat berbuat apa pun lagi, pikiran ku kacau.
Masih ku ingat katanya " aku tak cinta padamu ". Ya jika di tak cinta, dan tak mau belajar untuk mencintai ku, kenapa ia mau dulu saat kupinang. Kenapa ia tak menolak mas kawin yang kupasang di tangannya yang halus dan jarinya lentik. Apakah ia menganggap semua ini hanya sebuah permainan dan pertunjukan.
???
¤_¤
Tidak ada komentar:
Posting Komentar