(nama, tempat, kejadian, dan waktu hanya rekayasa semata, kesamaan bukan lah tanggungjawab penulis)
23 Januari 2008
Pagi itu, entah mengapa angin terasa lebih dingin dari pada biasanya. Seakan akan menghipnotis dan merayu bujang bujang hingga mereka takmau melepas kemesraan bersama selimut selimut jelita yang menggoda mereka dengan mimpi mimpi indah. Begitu pula halnya dengan Fiad, pemuda itu tersentak dari rayuan angin surganya.
" ala mak, terlambat kiranya aku ni!!!!" gunyamnya seraya bergegas mengganti pakaiyannya.
Tak cukup waktu lama ia telah mengenakan celana sampai kaos oblongnya, tak lama kemudian iapun berlari ke arah motornya setelah memungut rompi reflektor dan helm sefety kuning yang baru saja ia terima kemarin, yang ia terima kemarin saat ia menandatangani surat kontrak kerja sebagai blast hand di sebuah contraktor peledakan. "Jangan lupanya, saudara sekalian besok kami jemput di halte simpang kacang pagi, jam setengah enam!" kata kata itu seakan terus bergema di setiap sisi didalam rongga kepalanya
bagaikan dikejar setan dia menyeret dan menggas motor sogun karatannya. dari tikungan sampai tikungan selanjutnya ia lewati tampa sedetik pun ia menurunkan kenurunkan kecepatan motor bututnya. hingga sampai di jembatan jepang. jembatan tua tersebut sebenarnya sama sekali tak bernama, cuma karena jembatan tersebut selesai di masa penjajahan jepang, maka bernama pula lah akhirnya jembatan itu. namun kononnya disana pula lah tepat serdadu nipon mencelup para pejuang ekstrimis bangsa kita. maka tak mengherankan bila kisah kisah berbau mistik selalu menghiasi jembatan bercat putih tersebut. namun Fiad tetap tak peduli pada puluhan cerita hantu tersebut, dan tetap melaju dengan kecepatan penuh.
ketika ia telah sampai di tengah jembatan tersebut, tiba tiba saja sebuah cahaya melaju kencang ke arahnya. tersentak iapun reflek stang motornya ke kiri. namun hal itu membuat motornya terpelanting ke tepi jembatan. pertama tama ia menghantam pilar baja penyangga jembatan, lalu terpelanting lagi hingga jatuh ke sungai, dan tersangkut di tiang jebatan tersebut.
darahnya tak berhenti mengalir dari pahanya yang robek, begitu pula dengan luka di kepalanya, darahnya seakan tak pernah kering, karena langsung larut bersama air sungai. ia pun berteriak minta tolong, panik mengharap ada yang mendengarkannya. namun akhirnya ia pun melemah, kesadarannya pelan pelan hilang, iapun hanyut dan tak pernah ditemukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar