mungkin perbuatan yang amat narsis bila aku menceritakan kisah ini dari suatu titik permulaan munculnya mahkluk yang kita sebut seperti judul diatas. tapi ini semua tidaklah lengkap bila tidak kita mulai dari awal. dan ku yakinkan diri untuk memulai cerita dari sebuaah masa.
suatu hari, ah... lebih tepatnya suatu malam, bulan bersinar begitu indahnya walaupun ia masih menyembunyikan separoh wajah dalam sisi gelapnya. para bunyian ( mahluk halus yang memainkan musik di hutan rimba) membuai para petani akan mimpi-mimpi indah, rehat sejenak, lupakan lara mereka. mestipun sebenarnya terjadi gempa skala kecil waktu itu, tetap masih tak dapat mengganggu mereka. kecuali ibuku.
bukan,bukan gempalah yang membangunkannya.pertarungan hidup dan matinya akan dimulai. semua mengantar ke sana, sebuah puskesmas satu-satunya yang ada. di buka paksa.
mesti cukup lama perjuangan itu terjadi, si manusia kecil akhirnya lahir jua. tampa tangis, tampa suara, dia diam seribu kata. dia hidup, hanya saja makhluk munyil tak bernama itu tertidur lelap, seakan tak terjadi sesuatu disana.
seorang lelaki membisikan azan, dengan suaranya yang dulu konon amat merdu mendendangkan ayat-ayat suci Al-qur'an. dia bapakku dan tentu saja bayi itu adalah aku. dan sebuaah nama telah ia ukir, bergema di antara dinding ruang sepi, malam sunyi.
Abdussalim namaku, hamba yang selamat.
bukan, sekali-kali bukan limumu bougenvile.